Waaaah, sejak aku ikut #Blogger’sChallenges, hidupku menjadi lebih berwarna. Terima kasih untuk semuanya, kalian waaarbiazaaaahh.

Sebelum aku masuk ke topik utama, aku bakal cerita sedikit tentang topik-topik yang sudah kutulis karena ikutan #Blogger’sChallenges ini. Pertama, dinamika malam minggu. Kedua, krisis kepercayaan. Ketiga, rencana hidup lima tahun mendatang. Keempat, tujuh kebiasaan baikmu. Kelima, cinta pertama pada lawan jenis. Keenam, dua puluh hal menyebalkan tentang dirimu. Dan yaaaps, ketujuh, andai aku jadi walikota Medan.

Topik ketujuh ini diajukan mas Arif. Woooooww!

Mungkin karena tema sebelumnya sangat menguras otak, pas baca yang ini aku justru ketawa gitu.

Ketawanya, ketawa hopeless gitu. Sepertinya mas Arif terinspirasi dari pemberitaan calon-calon walikota untuk pilkada di Jakarta yang sedang heboh itu.

Sebagai rakyat jelata, aku ini jarang sekali mengkritisi kebijakan pemerintah (padahal aku suka mengkritik sesuatu). Sedikit cuek, ya. Um, cuek banget pun.

Alasannya cukup sederhana sih, karena aku nggak punya wawasan luas mengenai negara, manajemen dan perpolitikan di Indonesia. Apa yang mau dikritik kalo nggak punya dasar pengetahuan?

Aku nggak cukup lantam untuk jadi haters pemerintah dan selalu menghina kinerja pejabat yang katanya selalu nggak becus.

Aku mikirnya sederhana sih, “Emangnya kalo aku yang di posisi itu, bisa lebih baik daripada dia?”

Nah, topik kali ini mau nggak mau membuatku harus berpikir dan mencari tahu  masalah daerah, ya kan? Nggak hanya cari tahu masalahnya saja, tapi solusinya juga! Pffttt!

Untuk mempermudah, mas Arif menspesifikkan tantangannya menjadi tiga sub topik:
1. Mobilisasi penduduk mencakup transportasi, jalan dan peraturan lalu lintas.
2. Pemukiman penduduk mencakup persebaran penduduk, tempat tinggal dan struktur masyarakat.
3. Lingkungan mencakup tata kota dan sampah.

Wowww kali kan? Aku merasa harus pindah jurusan, ke IPS. Dulu pas SMA IPA, kuliah bahasa dan sekarang nulis ala ala anak IPS. Wkwkwkwkk.

Walaupun judulnya udah wow banget, tapi kalian jangan terlalu berharap aku bakal nulis yang gimana-gimana yaa, soalnya aku nggak tau apa-apa tentang manajemen daerah, haha.Tapi aku akan menulisnya sebaik mungkin. Yok dibaca!

Sekilas Mengenai Walikota Dan Menjadi Walikota
Kita pasti sering mendengar jabatan gubernur, walikota dan bupati dalam struktur pemerintahan Indonesia. Gubernur merupakan kepala daerah untuk provinsi. Walikota merupakan kepala daerah untuk kota. Sedangkan bupati adalah kepala daerah kabupaten.

Seperti yang dijelaskan di atas, walikota yaa kerjaannya ngurus kota. Masa jabatannya lima tahun. Seseorang bisa menjadi walikota maksimal dua periode (10 tahun).

Nah, di sini aku dikasih kesempatan menjadi walikota Medan, sebuah kota besar yang sangat keren dan paling terkenal di pulau Sumatera.

Hal pertama yang kusadari adalah  tingkat kepercayaan masyarakat pada pemimpinnya terbilang sangat rendah. Hal ini dibuktikan dari pemberitaan mengenai banyaknya golput dalam pilkada. Sekitar 54,7%  masyarakat Medan turut berpartisipasi dalam pilkada Medan tahun 2005, lalu di tahun 2010 turun menjadi 37% dan tahun 2015 kemarin makin merosot ke angka 30%.

“Jika kita memilih tidak peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal waktu akan pecah berantakan.”
― Tere Liye, Negeri Di Ujung Tanduk

Yaps, kota Medan ini sedang di ujung tanduk. Jadi, beban untuk menjabat sebagai walikota itu semakin besar. Huft. Ditambah lagi munculnya pemimpin-pemimpin daerah yang baik di pulau Jawa sana, otomatis aku pasti selalu dibanding-bandingkan dengan mereka (berlaku seolah walikota beneran, haha).

Ketika aku sudah terpilih jadi walikota, artinya aku sudah melewati banyak hal dan pemeriksaan. Sebagai calon walikota kemarin, haha, aku membuat persyaratan pada diriku sendiri:
1. Harus memahami seluk beluk kota Medan, mengetahui kelebihan, kekurangan, peluang dan tantangannya (analisis SWOT) . Artinya aku harus mempelajari semua dokumen yang berkaitan dengan kota Medan, manajemen, sejarah, dsb.
2. Mampu menjadi pemimpin yang bijaksana dalam iklim politik di Medan. Ini sangat penting untuk memutuskan kebijakan-kebijakan yang akan diambil.
3. Menjadi teladan nyata bagi masyarakat Medan. Mengimplementasikan teori/wacana dalam praktek sehari-hari.
4. Berusaha sekerasnya untuk mencapai visi dan misi kota Medan.



Prioritas Kerja
Ada banyak hal yang harus dipikirkan dan dilakukan selaku walikota, namun saat ini aku akan memprioritaskan tata ruang dan tata bangunan kota Medan dalam program kerjaku. Hal ini dikarenakan Medan sudah kacau sekali.

PROGRAM STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA MEDAN
Program ini berkaitan dengan sistem transportasi dan sistem jaringan prasarana lainnya.
-Pengembangan Sistem Transportasi
1. Program perbaikan jalan (meliputi peninggian jalan raya, memperbaiki struktur jalan, menggantikan aspal dengan beton, menambal lubang dan membuat resapan air) dan pengembangan sistem jaringan jalan (baik primer dan sekunder). Sederhananya, jalan bebas macet, banjir dan lubang.
2. Program pengembangan transportasi (angkutan umum) seperti studi kelayakan angkutan umum dalam kota, uji pengemudi angkot, pengendalian ongkos, penyediaan bus dan halte (selain mebidang) dsb.
3. Bekerja sama dengan polisi untuk penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dengan cara memasang CCTV di beberapa titik kemacetan dan menindak cepat para pelaku.

-Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya meliputi sistem jaringan sumber daya air, prasarana energi dan telekomunikasi, pengendalian sampah, penanganan limbah dan drainase.
1. Pengembangan prasarana sumber daya air seperti pelestarian sumber mata air dan konservasi daerah resapan air.
2. Meningkatkan pasokan air bersih. Tolok ukurnya adalah dengan adanya keran-keran air untuk diminum langsung di tempat umum.
3. Pengembangan kualitas jaringan listrik dan telepon.
4. Pengembangan lampu jalan untuk penerangan di malam hari.
5. Bekerjasama dengan swasta untuk mengolah sampah. Melakukan penyuluhan mengenai pemisahan sampah organik dan non-organik.
6. Memperbaiki sistem drainase dan menambah jumlah drainase seperti kanal, talang dan gorong-gorong dsb.

PROGRAM POLA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN
Program ini meliputi kawasan lindung, budi daya serta kawasan strategis.
-Kawasan lindung
Ruang terbuka hijau di Medan masih sangat sedikit, untuk itu diupayakan agar dibuatnya taman-taman kota. Selain itu, pemeliharaan hutan mangrove sebagai upaya mengurangan dampak banjir dan abrasi air laut.
-Kawasan budidaya
Kawasan budidaya atau lebih dikenal dengan kawasan perumahan/pemukiman, perdagangan dan jasa, kawasan industri, fasilitas sosial dan umum.
1. Pembangunan rumah susun untuk masyarakat menengah ke bawah/kawasan padat penduduk.
2. Pengendalian pedagang kaki lima (PKL) dan membangun lokasi-lokasi dagang yang strategis.
3. Mengembangkan daerah-daerah yang belum berkembang.
4. Mengawasi kawasan industri agar tidak mencemari atau mengganggu lingkungan masyarakat.
5. Memperhatikan pusat kegiatan sosial, pelayanan kesehatan dan rehabilitasi.
-Kawasan Strategis
Kawasan strategis adalah kawasan dimana tidak semua orang bisa masuk secara bebas seperti kawasan pusat pemerintahan, militer, pertamina, pembangkit dan gardu listrik PLN, pelabuhan serta wisata. Namun, aku juga ingin membuat kawasan strategis itu menjadi kawasan umum (namun memiliki syarat masuk) sehingga orang Medan bisa study tour ke sana dan mempelajari struktur kawasan tersebut.
Kalian bisa baca mengenai Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Medan selengkapnya di sini.bab-vii-tata-ruang-dan-bangunan-kota-medan-trtb-pemko-medan

PROGRAM LAINNYA: Program ini merupakan program yang kurenungkan dalam waktu tiga hari ini secara  lebih mendalam (yang di atas hasil baca berbagai artikel dan dokumen pemko Medan).

Earth hour
Kegiatan ini berupa pemadaman lampu yang tidak diperlukan di rumah dan perkantoran selama satu jam untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya tindakan serius menghadapi perubahan iklim (Wikipedia). Di Medan sendiri, pemadaman listrik masih sering terjadi dengan durasi 2-3 jam (tanpa pemberitahuan). Namun yang ingin kulakukan di sini adalah pemadaman listrik yang memiliki jadwal 1-2 jam tiap minggunya. Selain itu, aku juga akan membuat tren Turn Off Your Home’s Electricity #TOYHE. Hal ini terinspirasi dari observasi kecilku mengenai begitu banyaknya orang Medan yang tidak peduli pada penghematan listrik seperti tidak melepaskan charger dari stop kontak, tidak mematikan lampu kamar atau kipas angin ketika meninggalkan ruangan, dsb.

Minggu Wajib Bersih
Hari minggu bukan hanya digunakan untuk bermalas-malasan di rumah namun digunakan untuk hal bermanfaat seperti membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Orang Medan biasa mengenalnya dengan istilah gotong royong atau kerja bakti. Namun, kegiatan ini nggak sekedar himbauan saja, aku akan membuat peraturan mengenainya sehingga tiap pejabat kecamatan, desa, lurah, RT/RW harus melakukan inspeksi tiap Senin pagi (sekitar pukul 9 pagi) di lingkungannya masing-masing. Hal ini bertujuan untuk membersihkan sampah yang dibuang sembarangan dari rumah-rumah masyarakat agar ketika hujan, saluran air menjadi lancar dan mengurangi resiko banjir.

Pelajar dan Mahasiswa Wajib Baca Minimal Satu Buku Setiap Bulan
Remeh sekali bukan jika satu buku satu bulan? Namun faktanya, pelajar dan mahasiswa sebagai penerus bangsa ini masih sangat jarang membaca buku. Jika satu buku satu bulan maka setahun mereka sudah baca minimal dua belas buku.

Pembuatan Biopori
Masalah banjir di Medan makin menjadi-jadi apalagi ketika musim hujan. Setelah menangani sampah dengan program Minggu Wajib Bersih, aku juga akan menggalakkan pembuatan biopori di area rumah-rumah warga supaya air hujan yang turun bisa lebih mudah diresap tanah dan mengurangi resiko banjir di lokasi yang lebih rendah.

Pembuatan Pedestrian (Trotoar) untuk pejalan kaki
Hak pejalan kaki untuk aman di jalanan nyaris tidak ada di kota Medan. Hal ini dilihat dari sedikitnya trotoar yang bisa digunakan pejalan kaki, dan jika ada, motor akan menyerobotnya. Untuk itu, diperlukan pembangunan trotoar untuk pejalan kaki dan aturan keras untuk tidak menggunakan trotoar itu selain untuk jalan kaki.



Umm, sekianlah penjabaranku mengenai topik ini. Setelah dibaca lagi, muluk banget ya. Hahahahhaa. Sebenarnya yang paling penting itu perbaikan mental dan pola pikir masyarakat. Percuma dibuat banyak kebijakan dan aturan jika mental dan pola pikirnya nggak mau berubah jadi lebih baik. Ibarat cinta bertepuk sebelah tangan. Siapapun, jika cintanya terus diabaikan, lama-lama akan pudar. Haasseeekk #btw, kok ngomong cinta ya?

“Peraturan dibuat untuk dilanggar.” Ucapan itu pertama kali kudengar saat tinggal di Medan. Huft, jika masyarakat masih berpikir seperti itu, Medan payah majunya. Intinya perlu adanya kerjasama dari setiap elemen baik pemerintah maupun masyarakat di kota Medan untuk membuat Medan lebih baik.

Oh ya, aku juga yakin pemerintah akan selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang lebih baik lagi.

Gimana respon kalian terhadap tulisanku? Kritik dan sarannya ditunggu ya.

rating
Yang udah baca, rate dong, biar makin semangat nulis, hahaha