Waaah, sudah tantangan kedua belas nih. Kali ini tantangan datang dari Lusty. Sebenarnya dia minta kami buat tulisan mengenai refleksi tentang keberadaan hewan yang hidup berdampingan dengan manusia. Namun, karena ABC lain banyak bingungnya, Lusty kasih diskon gitu, jadinya kami boleh nulis opini sederhana mengenai hewan: teman atau lawan?

Sebenarnya, ketika membaca topik ini serta penjelasan yang Lusty berikan di grup Line, aku berniat searching dan melakukan riset kecil-kecilan berkaitan dengan hewan. Sejujurnya aku ingin buat tulisan semacam laporan atau minimal feature mengenai topik ini. Namun apalah daya, ternyata hingga beberapa hari aku nggak bisa mengembangkan tulisannya ke arah yang lebih ilmiah. Pasalnya, sejak SMP, aku jarang banget nonton TV, jadinya aku jarang tahu berita di dunia ini. Aku juga hampir nggak pernah nonton film dokumenter tentang hewan sejak kecil. Seingatku, aku pernah sekali baca majalah National Geography , haha. Aku jarang pergi ke alam terbuka, mengamati hewan dsb. Sederhananya, aku tidak akrab dengan dunia hewan. Buku-buku yang kubaca juga tidak banyak menyinggung permasalahan hewan. Gimana menulis sesuatu yang masih gelap di pikiran ini?

Akhirnya aku memutuskan untuk menuliskan topik ini dengan sederhana yaitu, berdasarkan pengalaman masa kecilku.

Ketika kecil, aku suka sekali dengan kucing. Aku sering menciumnya, rajin memberinya makan dan tidur bersama kucing-kucingku. Sangkin sukanya, keluargaku sampe ngeri ngelihat aku begitu sering bermain bersamanya.

Suatu hari, kucingku ditabrak motor, kakinya patah. Tubuhnya lemah sekali. Aku menangis waktu menemukannya di pagar rumah. Akupun merawatnya dengan penuh kasih sayang. Eh, ketika dia udah sehat, dia cuek sama aku, dia hanya baik padaku saat dia kelaparan. Rasanya itu sakiiiiiiit. Aku kecewaaaaa. Hahahaha.  Lalu, aku membaca di buku bahwa kucing bisa menyebabkan rabies dan juga membawa toksoplasma yang berbahaya jika masuk ke tubuh manusia. Aku mundur teratur. Aku masih memberinya makan namun nggak begitu suka memegang atau menciumnya lagi.

Selain itu, aku juga pernah mengurus ayam. Di belakang rumahku dulu ada kandang ayam berukuran sekitar 4×5 meter. Ayahku memelihara ayam kampung dan menjual telur ayam kampung tersebut. Kadang-kadang, saat sore, aku disuruh ayah untuk ngasih dedak di masing-masing tempat makan ayam tersebut. Jumlahnya puluhan. Saat masuk ke dalam kandang tersebut, aku mendapati mereka menatapku dan mengikutiku (karena aku bawa makanan mereka), rasanyaa, takuut sekali. Aku tahu mereka nggak bakal ganggu aku, tapi aku tetap merasa ngeri.

Masih ada beberapa hewan yang pernah bersinggungan denganku seperti kelinci, ikan, burung dsb, namun aku kebanyakan takut sama hewan-hewan, haha. Aku suka melihat mereka namun pada jarak aman.

Jadi, jika ditanya, hewan itu teman atau lawan? Aku jawabnya I’m neutral. Aku suka hewan namun nggak begitu tertarik dekat dengan mereka. Aku menyadari bahwa banyak sekali kebaikan yang manusia dapat dari hewan. Dan aku termasuk orang yang tidak suka dan tidak setuju penganiayaan terhadap hewan dengan alasan apapun.

Yak,  kira-kira cuma inilah yang bisa aku tuliskan mengenai topik kali ini. Aku minta maaf pada Lusty kalo tulisan ini belum memuaskan. Aku mau mengucapkan terima kasih untukmu karena sudah membukakan mataku agar lebih peduli dan peka terhadap hewan mulai dari sekarang. Mungkin nantinya aku bisa menulis topik ini lebih baik lagi.