Hai guys!

Di posting-an kali ini aku pengen nyeritain tentang momen seru kopdar #Bloggers’Challenges ke-6.

Kopdar ini sebenarnya udah dilaksanakan 2 bulan yang lalu, tapi, apalah daya, aku baru bisa menuliskannya sekarang. 

Penanggung jawab (PJ) kopdar ke-6 Rian. Tugas PJ adalah menentukan tanggal, hari dan waktu pertemuan, memastikan orang-orang yang hadir, menyusun agenda kegiatan dsb. 

Rian

Seperti biasa, pertemuannya diadakan pada hari minggu, 14 Mei 2017 di lapangan Merdeka. Agenda kopdar membahas tentang teori multiple intelligence (kecerdasan majemuk). 

Beberapa hari sebelum kopdar, Rian minta kami untuk mengunjungi http://www.literacynet.org/mi/assessment/findyourstrengths.html. Terdapat 56 pernyataan berbahasa Inggris yang harus diisi dengan skala 1 (sangat tidak cocok dengan diri) sampai skala 5 (sangat cocok). 

Setelah mengisi angket tersebut, keluarlah hasilnya. 

Rian minta kami kasih tahu 3 kecerdasan paling dominan yang nantinya akan didiskusikan maksud, kelebihan serta kekurangan masing-masing kecerdasan di pertemuan tersebut. Selain itu, kami juga diminta untuk membaca materi yang berkaitan dengan MI agar diskusinya seru. 

#

Setelah kami (aku, Rian, DwitaArifNadya dan Fiqri) berkumpul di salah satu pendopo, Rian memulai diskusi. Sebelum membahas spesifik mengenai 8 kecerdasan majemuk tersebut, Rian meminta kami untuk memberi pendapat mengenai apa itu MI. 

Rian: Jadi, siapa yang kira-kira udah tahu dan pernah baca teorinya? Ada yang mau share?

Aku: Aku.. Aku.. Aku pernah baca sedikit tentang itu. 

Kebetulan aku sudah tertarik dengan teori MI sejak beberapa tahun yang lalu. Sahabatku, Hera, punya buku terjemahan Multiple Intelligence karya Howard Gardner. Dia bahkan udah selesai baca, lhoooo.  

Aku?

Aku baru baca bukunya sedikit, itupun saat aku nginap di rumahnya. 

Rian: Yaa, silakan, Wa..

Aku: Hm, jadi gini, multiple intelligence (MI) ini teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner. Hera punya bukunya tapi aku baru baca sedikit sih, bab pertamanya aja. Jadi, seingatku, dulu (bahkan sampe sekarang) orang-orang berpatok pada IQ. Tes IQ yang dibuat Alfred Binet itu awalnya bertujuan untuk mengetahui kemampuan anak dalam belajar. Namun, pada prakteknya, tes IQ dijadikan dasar untuk mengkotak-kotakkan anak (bodoh hingga jenius). Bahkan muncul anggapan bahwa anak yang IQ-nya rendah akan selalu tertinggal dalam pelajaran dan tidak akan berhasil. Nah, Gardner nggak setuju dengan hal ini karena tiap-tiap orang punya potensinya masing-masing. Sebagai contoh, ada anak yang lemah Matematika namun bisa menciptakan nada-nada yang indah. Apakah anak tersebut kita katakan bodoh? 

Kemudian Rian menjelaskan perlunya mengetahui kecerdasan-kecerdasan tersebut dan merefleksikannya ke dalam diri masing-masing. Hal ini bertujuan agar kita bisa meningkatkan kemampuan diri dan mengatasi kelemahan yang ada. 

Rian membahas satu per satu yaitu kecerdasan social/interpersonal, self/intrapersonal, verbal/linguistic, logical/mathematical, visual/spatial, bodily/kinesthetic, musical/rhythmic, dan naturalist. 

Aku masih ingat beberapa perdebatan antara aku dan Rian. Salah satunya mengenai self/intrapersonal.

Rian: Selain kelebihan-kelebihan yang udah kusebutkan tadi. Ada juga kekurangannya: egois. Orang-orang dengan kecerdasan intrapersonal yang tinggi perlu hati-hati agar nggak menjadi sosok yang egois. 

Aku: Hm.. Iya bener. Kecerdasan intrapersonal ini kan orangnya suka mengamati keadaan dan merefleksikan ke dalam dirinya, terkadang dia jadi penuh akan dirinya sendiri. Menurutnya pikirannya yang paling benar. Tapi, bisa juga orang-orang ini lebih memahami orang lain karena dia bisa “merasakan” perasaan orang lain. Itu tergantung orangnya sih gimana. Kalo aku sendiri, paling nggak suka dibilang egois jadi caraku agar nggak menjadi egois adalah sering mendengarkan orang lain, sering nanya dan berdiskusi tentang banyak hal. Jadi, aku bisa memahami pikiran orang lain lewat percakapan tersebut, nggak hanya berdasarkan pengalaman/pengamatan pribadi.  

Oke, sebenarnya bukan debat sih. Akunya semacam melakukan klarifikasi supaya orang-orang yang ikut diskusi nggak menelan bulat-bulat pernyataan bahwa orang yang self/intrapersonalnya tinggi cenderung egois. Sekaligus memberitahu cara-cara agar nggak menjadi egois. 

Menurutku diskusi ini banyak manfaatnya. Aku sendiri jadi lebih menyadari kecerdasan dominanku: self/intrapersonal, social/interpesonal dan verbal/linguistic. Mengetahui tentang kecerdasan dominan membantuku memahami cara belajarku. Aku bisa lebih cepat belajar lewat kata-kata, membaca, mengamati dan berdiskusi. 😊

Aku bahkan sempat berpikir, seharusnya diskusi seperti ini sudah diadakan sejak masih sekolah dulu. Kenapa guru BK nggak pernah membahas hal-hal menarik seperti ini? 

Waktu salat ashar tiba, kami istirahat sejenak untuk salat di musala lapangan Merdeka. Setelah itu kami melanjutkan diskusi (Hera dan mas Boy bergabung). 

Kemudian, kami bermain game konsentrasi, wkwkwk. 

Yang kalah disuruh joget penguin. Syukurnya aku dan mas Arif nggak kena 😁😁

Ada sih video main game-nya, tapi untuk konsumsi ABC aja. 

#

Yak, seperti itulah kegiatan kopdar ke-6. Sebenarnya lebih seru lagi, tapi karena aku nulisnya udah terlalu lama, jadinya banyak lupanya gityu. 

Kebersamaan yang indah

Terimakasih sudah membaca 😊😊